DETAILED NOTES ON KOTA TIDORE

Detailed Notes on Kota Tidore

Detailed Notes on Kota Tidore

Blog Article

Berlokasi di Kalaodi, guyuran air yang melewati bebatuan besar ini menjadi daya tarik bagi para wisatawan. Selain itu, panorama alam sekitar yang masih asri dan dipenuhi dengan tumbuhan hijau semakin menambah suasana yang rindang dan sejuk.

Kota ini juga terkenal dengan budaya dan tradisinya yang unik, serta keindahan alamnya yang memukau.

Selain itu, daya tarik lain yang dimiliki oleh Pulau Failonga ini tentu saja dari pemandangan bawah lautnya. Keanekaragaman hayati dan biota lautnya yang sangat terjaga sering dimanfaatkan sebagai spot diving dan snorkeling oleh para wisatawan yang datang.

Kota ini sudah terkenal sejak zaman penjajahan dahulu karena hasil rempah mereka, terutama cengkih dan pala yang membuat Tidore pernah jadi rebutan Bangsa Eropa. Bangsa Eropa pertama yang menginjakkan kakinya di Tidore adalah pelaut dari Spanyol yang sampai ke Tidore pada 1512.

Museum Tidore merupakan tempat wisata budaya yang menyimpan koleksi berbagai benda bersejarah Tidore Kepulauan. Museum ini memiliki koleksi berbagai macam artefak, seperti keramik, senjata, dan pakaian adat. Museum Tidore terletak di pusat kota Tidore dan dapat dikunjungi oleh wisatawan.

Salah satu bangunan bersejarah yang merupakan peninggalan dari bangsa Spanyol ketika menduduki wilayah Tidore. Dibangun pada tahun 1610, benteng ini sebagai salah satu pertahanan milik Spanyol untuk mengusir bangsa Portugis dari Indonesia.

Salah satu wisata bahari paling terkenal di wilayah Tidore Kepulauan adalah Pantai Akesahu. Karena memang panorama alamnya yang begitu mempesona dengan hamparan pasir putih yang lembut. Selain itu, di spot sekitar juga bisa kalian temui rimbunnya pohon hijau yang asri.

Tidore was subjected to an ever-increasing implementation of colonial rule during the 19th century. A treaty was signed in 1817 where the sultan and grandees gained annual subsidies. Tidore was A part of the Residency of Ternate together with Ternate, Bacan, Halmahera, and dependencies. The notorious hongi expeditions, which experienced eradicated unauthorized spice trees in Maluku and saved the Papuan lands in subordination, were being at last abolished in 1859–1861.[33] The title of sultan lapsed in 1905 and was replaced by a regency. The legal rights of Tidore in West New Guinea have been formally upheld, nevertheless the Dutch people of Ternate attempted to diminish Tidorese's affect in Those people quarters as it wasn't regarded as during the passions from the Papuans.[34] It was only once the outbreak of the Indonesian revolution that the Dutch authorities authorized a fresh sultan for being enthroned, Zainal Abidin Alting (r.

This in turn alerted the VOC since Spain and the Dutch Republic were at war in Europe, and their rivalry had world-wide implications. The VOC allied While using the new Ternatan sultan and launched their particular expedition in 1607 that recovered part of Ternate.[24] As a result, Ternate grew to become heavily depending on the Dutch, who also built incursions in Tidore around the subsequent years and secured some coastal forts. Sultan Mole Majimu of Tidore held on to his allegiance to Spain, Despite the fact that some Tidorese princes leaned towards Ternate as well as the VOC. By this time the royal clan experienced break up into two rivalling lineages which built for fast throne shifts. The Spanish authorities discovered the sultans to generally be a nuisance instead of here a support for the Spanish ability.[twenty five]

Territories associated with Ternate (crimson) and Tidore (orange), and Tidore vassals (light-weight orange), at the end of the VOC period. The extent of political affect shifted about the centuries. Tidore remained an unbiased kingdom, albeit with frequent Dutch interference, right up until the late eighteenth century. Like Ternate, Tidore permitted the Dutch spice eradication system (extirpatie) to proceed in its territories. This system, intended to improve the Dutch spice monopoly by restricting creation to some destinations, impoverished Tidore along with its Ternate neighbour and weakened its control about its periphery. A treaty in 1768 compelled Sultan Jamaluddin to cede his legal rights to East Seram which had been granted Tidore in 1700, which produced wonderful anger Amongst the elite. The unrest brought on the VOC authorities to depose Jamaluddin in 1779 and also to drive his successor Patra Alam to conclude a whole new agreement that abrogated the outdated 1 from 1667. using this document (1780), Tidore was turned from an ally to some vassal and so misplaced its independence.[29] among the list of exiled Jamaluddin's sons, Nuku, reacted to this by setting up a rebellion in 1780, trying to get help while in the marginal areas of the Tidore realm. The uprising took on violently anti-Dutch capabilities where Islam was a crucial ideological glue.

Penyusunan publikasi ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan information yang akan digunakan untuk perencanaan pembangunan. Kami akan terus berusaha untuk memperbanyak keragaman facts dan kualitas knowledge yang akan kami sajikan dalam publikasi.

Selain itu, ada asidah yang juga cukup dikenal. Kue ini memiliki bentuk yang unik dan memiliki cita rasa yang mampu menarik orang yang mencicipinya. Kue ini merupakan jajanan paling populer di Kota Tidore. Kue asidah biasanya memiliki dua jenis, yang membedakannya adalah bahan baku yang digunakan.

inside the pre-colonial period, the Sultanate of Tidore was A serious regional political and economic power, along with a intense rival of nearby Ternate, simply to the north.

Masjid Sultan Nuku memiliki arsitektur yang indah, dengan kubah besar dan menara yang menjulang tinggi. Masjid ini terletak di pusat kota Tidore dan dapat dikunjungi oleh wisatawan.

Kota Tidore Kepulauan memiliki beragam tempat wisata kuliner yang menarik untuk dikunjungi. Mulai dari restoran mewah hingga warung makan sederhana, semuanya menawarkan cita rasa khas Tidore yang unik dan lezat.

Report this page